🐹 Hadits Tentang Menghargai Waktu Beserta Arabnya

Islammengajarkan setiap manusia untuk memanfaatkan waktu, baik lewat ayat Alquran maupun hadist. Dalam ajaran Islam, menghargai waktu adalah bentuk bukti keimanan dan ketakwaan seorang Muslim. Dikutip dari Jurnal yang berjudul Waktu Dalam Perspektif Alquran oleh Murniyetti, Allah SWT berkali-kali menyebutkan waktu dalam ayat-ayat Alquran. Karenaitu disini saya akan membagikan beberapa hadits tentang menuntut ilmu dan menghargai waktu diantaranya : 1. Hadits tentang menuntut ilmu Dari Anas bin Malik ra, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim". (HR. Hadits tetang menghargai waktu Hadisttentang Memanfaatkan waktu: Manfaatkan 5 perkara sebelum datangnya lima perkara, سفرﻳﺔ القدسيه, Hadist tentang Memanfaatkan waktu: Manfaatkan 5 perkara sebelum datangnya lima perkara Disini kita dianjurkan untuk menghargai waktu, agar bisa diisi dengan hal-hal yang bermanfaaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain Waktuyang sudah dilewati tidak pernah akan kembali lagi. Keutamaan menuntut ilmu agama muslimah or id. Makalah menghargai waktu dalam islam Ilmu Pengetahuan Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang. (hr. Hadist tentang menghargai waktu. Dari ibnu umar radhiallahu anhuma, ia berkata: Pengertian ilmu "secara bahasa pengertian Jurusan: Tafsir Hadits Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: WAKTU DALAM AL-QUR'AN (STUDI ANALISIS PENAFSIRAN QURAISH SHIHAB TERHADAP TERM WAKTU DALAM TAFSIR AL-MISHBAH) Secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya. Semarang, 21 Desember 2017 Pembuat pernyataan, Inilahhadits menutup aurat beserta arabnya Dan katakanlah kepada wanita-wanita Mukminah agar mereka menundukkan pandangan mereka terhadap aurat-aurat yang tidak boleh. Dalil Tentang Perintah Menutup Aurat dalam Islam. Judul Surah: Hadits Tentang Wanita Shah Beserta Arabnya Nusagates: Format Surah: PDF: Ukuran File Surah: 5mb hadits menutup hadistmenghargai waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karena ilmu merupakan jalan menuju surga, maka ilmu mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam Islam. Karena itu orang-orang yang berilmu menempati kedudukan yang tinggi disisi Allah swt, bahkan mendekati kedudukan para Nabi. HaditsTentang Bersyukur Kepada Allah Hr Ibni Majah 001 Hati Senang Mensyukuri Nikmat Allah Permata Surga Syukur Pengertia Syukur Menurut Bahasa Dan Istilah. Hadits Tentang Bersyukur Beserta Arabnya. By: nusagates. On: 5 Mei 2019. In: Uncategorized. Tagged: hadits tentang bersyukur beserta arabnya. Sebaikbaiknya teman duduk sepanjang waktu adalah buku. 4. العَقْلُ السَلِيْمُ فىِ الجِسْمِ السَلِيْمِ. Pikiran yang sehat terdapat pada badan yang sehat. Baca Juga. 40 Hadits Pendek Mudah Dihafal Arab dan Terjemahnya. 25 Kata Mutiara Bahasa Arab Tentang Wanita. 5. العِلْمُ فىِ الصِغَرِ cuEev. Kumpulan Hadits Tentang Menghargai Waktu Sebagai umat muslim , kita harus senantiasa mengisi kegiatan sehari-hari dengan kebaikan. Seringkali, kita lupa akan hal tersebut, sehingga tak jarang menyia-nyiakan waktu tersebut. Waktu termasuk salah satu nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia. Bahkan, Allah SWT pernah bersumpah dengan menggunakan waktu di dalam surat Al-Asr وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ Wal-aṣr, innal-insāna lafī khusr Artinya “Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian.” QS Al-Asr 1-2 Pada hakikatnya, waktu bagi manusia adalah umurnya sendiri. Saat waktu berlalu, maka usianya pun semakin berkurang. [ Lihat Juga Artikel 3 Macam Bentuk Kedzaliman Yang Harus Dihindari ] Rasulullah SAW sering memperingatkan umatnya tentang waktu. Salah satuya dengan beberapa hadits tentang menghargai waktu, diantaranya Jangan Tertipu dengan Waktu Luang Rasulullah SAW bersabda نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ Artinya “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” HR Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah Oleh karena itu, apabila diberikan nikmat sehat dan waktu luang, perbanyaklah ketaatan kepada Allah SWT. Sebab, masa sehat akan disusul sakit, dan waktu luang akan disusul kesibukan. Jaga 5 Perkara sebelum 5 Perkara Hadits tentang menghargai waktu selanjutnya adalah saat Rasulullah SAW pernah bersabda kepada seorang laki-laki, dan menasihatinya اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ Artinya “Jagalah lima perkara sebelum datang lima perkara lainnya. Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu.” HR Nasai dan Baihaqi Lima perkara pertama ini harus dimanfaatkan, sebab, Allah SWT akan menanyakannya di akhirat kelak habis dipakai untuk apa waktu tersebut. [ Baca Juga Rekomendasi Percetakan Alquran ] Usia Umat Nabi Muhammad antara 60 sampai 70 Tahun Rasulullah SAW wafat dalam usia 63 tahun, begitu pula dengan umatnya. Terkait dengan hal tersebut, beliau bersabda أَعْمَارُ أُمَّتِى مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ Artinya “Usia umatku Muslim antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit sekali dari mereka yang melewatinya.” HR Ibnu Majah dan Tirmidzi Disebutkan pula bahwa hanya sedikit orang yang melewati batas usia ini. Tapi jika diberi umur lebih panjang, Allah SWT sedikit demi sedikit akan mengambil nikmat-Nya dari manusia. Nikmat dari Allah SWT Rasulullah SAW bersabda نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس, الصحت و الفراغ Artinya “Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” HR Muttafaqun alaih Karena waktu adalah nikmat dari Allah SWT, sudah seharusnya tidak menyia-nyiakannya dengan berbuat hal-hal yang tidak berfaedah. Karena waktu tidak dapat diputar kembali. Meninggalkan yang Tidak Bermanfaat Hadits dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه Artinya “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” HR Tirmidzi, Ibnu Majah [ Baca Juga Artikel Mencari Amal Saleh ] Jadilah Orang Asing di Kehidupan Dunia Rasulullah SAW bersabda; عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَر رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُسَبِيْلٍ وَكاَنَ ابْنُ عُمَرُ يَقُوْلُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَ مِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ رواه البخاري. Artinya “Dari Abdullah bin Umar ia berkata Rasulullah SAW memegang kedua pundakku seraya bersabda, Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan kamu orang asing atau orang yang melewati suatu jalan.’ Ibnu Umar berkata Apabila kamu berada di sore hari janganlah kamu menunggu melakukan sesuatu hingga pagi hari datang. Apabila kamu berada di pagi hari jangankah menunggu melakukan sesuatu hingga sore datang. Gunakan waktu sehatmu untuk menghadapi sakitmu, dan waktu hidupmu untuk menghadapi matimu.” HR Bukhari Tertarik untuk memesanan alquran custom di Penerbit Jabal? Silahkan buka website kami Selanjutnya, sampaikan kebutuhan pesanan Anda kepada admin kami. Kontak Penerbit Jabal Admin 1 0853 1512 9995Admin 2 0878 2408 6365Alamat Jl. Desa Cipadung No 47 Cibiru Bandung Jawa Barat, Indonesia Baca Juga Artikel Lainnya 3 Macam Bentuk Kedzaliman Yang Harus Dihindari Al Quran Wakaf Hindari Kekerasan Emosional Pada Si Kecil Hukum Membentak Anak Dalam Islam Jumat Berkah, Jangan Lupa Untuk Mencari Amal Saleh Penyebab Gelisah Salah Satunya Karena Banyak Dosa Percetakan Al Quran Teladan Rasulullah Menjadi Kepala Keluarga JAKARTA - Di antara keutamaan Nabi Muhammad SAW adalah selalu menghargai waktu. Untuk menerapkan prinsip itu, beliau terbiasa berjalan dengan agak cepat. Pernah suatu hari, Abu Hurairah menirukan cara Rasulullah SAW berjalan pada saat mengantarkan jenazah seseorang. Apabila ia berjalan dengan langkah biasa, maka Rasulullah SAW pasti mendahuluinya. Namun, apabila ia berjalan dengan setengah lari, barulah Abu Hurairah dapat bersamaan atau mendahului Rasulullah. Rasulullah SAW juga selalu menghormati waktu orang lain. Sebagai contoh, beliau tidak suka mengakhiri perjalanannya pada malam hari. Beliau mengupayakan agar memulai perjalanan pada pagi hari. Dengan begitu, ketika beliau tiba, maka para penghuni rumah tak akan terganggu waktu istirahatnya. Dalam banyak ayat Alquran, Allah SWT menyinggung tentang waktu. Allah juga bersumpah demi masa dalam surah al-Ashr ayat 1. Pada surah tersebut, Alllah SWT menekankan betapa pentingnya menghargai waktu. Manusia hendaknya mengetahui hakikat waktu dengan selalu beramal saleh. Allah juga menjanjikan keberuntungan besar bagi mereka yang mengamalkannya. Perintah menghargai waktu lainnya adalah tersirat dalam waktu-waktu shalat yang telah Allah SWT tentukan. Selain merupakan bentuk kewajiban paling asasi, shalat dapat pula menjadi media pembelajaran bagi umat Muslim untuk menghargai dan menepatinya. Melalaikannya berarti gugur ibadah shalatnya dan berdosa. Pepatah Arab mengatakan, ”Waktu bagaikan pedang yang apabila kita tidak menggunakannya dengan baik maka celakalah kita.” sumber Hikmah Republika oleh Irman Sulaiman FauziBACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini Ketika kita bicara mengenai harmoni' maka seolah terkesan di dalamnya upaya untuk menata dan mengatur not-not balok, menyusunnya sedemikian rupa dan akhirnya mengalun menghasilkan lagu. Jika diksi ini kita tambahkan diksi lainnya, yakni kehidupan’, maka kehidupan yang harmoni seolah diumpamakan sebagai sebuah lagu. Lagu yang sebelumnya terdiri atas nada-nada tak beraturan, diubah menjadi susunan not-not dengan tinggi rendah nadanya yang teratur. Inilah harmoni. Dalam konteks masyarakat majemuk, ikhtiar untuk menciptakan harmoni juga amat diperlukan. Bagaimana Islam memandang usaha ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? KH Maimoen Zubair dalam sebuah pengantarbuku Fiqih Kebangsaan yang disusun oleh Himpunan Alumni Santri Lirboyo HIMASAL menyampaikan bahwa Islam pertama kali hadir di kota Makkah yang beriklim tandus dan kering, lalu hijrah ke kota Madinah al-Munawwarah. Di kota Madinah ini, iklim dakwah Islam tidak berlangsung keras dan fanatik, serta tidak memihak satu golongan tertentu, melainkan memihak kepada kebenaran, dari siapa pun kebenaran itu datang. Setidaknya dari keterangan beliau ini dapat kita catat bahwa telah terjadi pergeseran pola dakwah dalam Islam saat itu, dan jejak sejarah rekaman dakwah itu dapat kita temui dalam Surat Makkiyah dan Madaniyah dari Al-Qur’an. Pergeseran cara dakwah yang diteladankan oleh Rasulullah ini senantiasa terus berkembang dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Di Nusantara sendiri, para anggota Wali Songo melakukan dakwah dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan media wayang seperti yang dilakukan oleh Sunan Kalijogo. Ada pula yang menggunakan media gending, seperti yang dilakukan oleh Sunan Bonang dan Sunan Ampel. Karena pandai dalam mengolah media dakwah inilah, selanjutnya Islam sedemikian pesat berkembang di Nusantara bahkan mampu membalik keadaan dari semula minoritas menjadi mayoritas hingga dewasa ini. Nyaris tidak ditemui adanya ketegangan yang melahirkan konflik horizontal antarumat beragama di dalamnya, melainkan konflik yang dipicu oleh perebutan kekuasaan politik. Ini adalah teladan dakwah yang masih bisa kita temui bukti dan jejak sejarahnya hingga sekarang di Nusantara. Apakah menjaga harmoni ini bertentangan dengan syariat? Dalam konteks kehidupan masyarakat yang damai dan terjalin relasi timbal-balik yang tidak saling merugikan antarsesama umat beragama, ada banyak ayat yang mengisyaratkan pentingnya harmonisasi itu. Misalnya Al-Qur’an Surat al-Maidah [5] ayat 8. Di dalam ayat ini Allah ﷻ berfirman يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, ketika menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah! Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan” QS al-Maidah [5] ayat 8. Di dalam ayat ini, Allah ﷻ memerintahkan agar orang Islam senantiasa berlaku adil dalam segala hal, tanpa memandang golongan, kerabat atau agama yang dipeluknya. Keadilan merupakan yang harus dikedepankan untuk menjaga kehormatan manusia. Perintah mengedepankan keadilan ini bahkan diiringi agar berbuat baik ihsan kepada sesama. Ihsan di sini bukanlah semata tindakan baik namun kering dari adab dan etika sosial. Justru ihsan merupakan tindakan yang lebih dari sekedar melakukan kebaikan berupa pemberian materi, melainkan juga disertai dengan adab, toleransi, tepo seliro, dan sejenisnya. Tidak bersikap berlebih-lebihan sehingga memaksakan kehendak adalah bagian dari ihsan. Allah ﷻ menyampaikan perintah berbuat adil dan ihsan ini dalam Surat al-Nahl [16] ayat 90. اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ Artinya, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang melakukan perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” QS al-Nahl [16] ayat 90. Bahkan di dalam Surat al-Mumtahinah [60] ayat 8, Allah ﷻ dengan tegas mengisyaratkan penjagaan harmoni kehidupan itu sebagai berikut لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ Artinya, “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” QS Al-Mumtahinah [60] 8 Syekh Abdul Aziz al-’Awadly memberikan penjelasan terhadap ayat ini sebagai berikut وجه دلالة الآيات أن الله تعالى أوجب العدل في كل شيء ومع كل أحد وبين كل خصمين وأنه تعالى لم ينه المسلمين عن العدل مع غير المسلمين بل أمرهم ببرهم أي الإحسان إليهم والقسط معهم أي العدل Artinya, “Arah dari ayat ini adalah hendak menjelaskan bahwasanya Allah Ta’ala telah mewajibkan agar berlaku adil dalam segala hal dan kepada semua orang, bahkan kendati terjadi permusuhan antara kedua pihak. Dan Allah Ta’ala tidak melarang kaum muslimin untuk berbuat adil terhadap non muslim, bahkan justru malah diperintahkan agar berbuat baik kepada mereka al-ihsan serta berlaku adil kepada mereka” Abdul Aziz al-Iwadly, al-Qawa’id al-Kubra li al-Ta’ayusy al-Silmy min Khilِal al-Qawa’id al-Kulliyyah, disampaikan dalam al-Mu’tamar al-Shahafy li Nadwati Tathawwuri al-Ulum al-Fiqhiyah al-Tsaniyata Asyara, oleh Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Mesir, pada tanggal 13 Maret 2013 M. Perintah untuk menjaga harmoni kehidupan dalam bingkai kebersamaan ini juga disinggung dalam QS Al-Syura [42] ayat 40. Di dalam ayat ini, Allah ﷻ menegaskan benci kepada pihak yang berbuat zalim aniaya. Dalam QS Al-Maidah [5] ayat 13, Allah ﷻ memerintahkan agar berlaku toleran atas kesalahan yang tidak seberapa. Ini juga merupakan teladan dari menjaga harmoni. Rasulullah ﷺ sebagai rasul pembawa risalah, juga banyak memberi contoh keteladanan dalam menjaga harmoni kehidupan. Misalnya, sebagaimana tergambar dalam hadits berikut عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عمر رضي الله عنهما، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَد مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا. أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ. Artinya, “Dari sahabat Abdullah ibn Umar radliyallahu anhuma, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda Barangsiapa membunuh seorang mu’ahad taat kepada kesepakatan bersama meskipun non-Muslim, maka dia tidak akan mencium bau surga. Sesungguhnya bau surga bisa tercium sedari perjalanan 40 tahun” HR Bukhari. Dalam riwayat yang lain, dari jalur sanad Shafwan ibn Salim disebutkan, bahwa Rasulullah ﷺ memberi peringatan yang keras kepada kaum muslimin yang berlaku aniaya terhadap kafir mu’ahad. Rasulullah bersabda ألا من ظلم معاهدا ، أو انتقصه، أو كلفه فوق طاقته، أو أخذ منه شيئا بغير طيب نفس ، فأنا حجيجه يوم القيامة . رواه أبو داود Artinya, “Ingatlah! Barangsiapa berlaku aniaya terhadap seorang mu’ahad, menekannya, atau membebaninya dengan beban yang tidak mampu ia tanggung, atau merampas hak mereka, maka aku adalah orang yang akan memintakan pertanggungjawabannya mu’ahad kelak di hari kiamat” HR. Abu Dawud. Sebenarnya masih banyak teladan yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ dalam menjaga keharmonisan itu. Teladan yang paling masyhur adalah doa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Suatu ketika Abu Musa Al-Asy’ari mendapati ada seorang Yahudi sedang berada di sisi Rasulullah ﷺ. Tiba-tiba si Yahudi ini bersin. Mendapati hal itu, spontan Rasulullah ﷺ berdoa يهديكم الله ويصلح بالكم Artinya “Semoga Allah ﷻ memberi hidayah kepadamu dan membagusi masa depanmu!” HR. Ahmad dan Abu Dawud. Di kesempatan lain, Al-Thufail ibn Amru al-Dausy mendatangi Rasulullah ﷺ lalu berkata إن دوسا هلكت أي عصت وأبت فادع الله عليهم “Sesungguhnya masyarakat Daus telah berbuat kerusakan durhaka dan menentang dakwah. Maka doakanlah tuan agar mereka ditimpa azab dari Allah ﷻ!” Apa jawab Nabi? Rasulullah ﷺ justru berdoa اللهم اهد دوسا وأت بهم “Ya Allah! Berilah hidayah masyarakat Daus dan kirimlah seseorang yang bisa membimbing mereka!” HR. Bukhari Semua doa yang diteladankan oleh Nabi ﷺ ternyata bukan turunnya azab, laknat dan sejenisnya, melainkan justru agar diberikan hidayah petunjuk kepada mereka. Inilah teladan Nabi dalam menjaga keharmonisan dalam kancah hubungan bermasyarakat. Bayangkan seandainya doa Nabi itu berupa azab atau doa keras lainnya! Bisa jadi umat beliau Rasulullah ﷺ tidak akan mencapai mayoritas penghuni muka bumi ini. Walhasil, jika orientasi utama dari beberapa hujjah dalil di atas kita tarik dalam konsep keislaman dan keindonesiaan, maka alangkah indahnya bila hujjah-hujjah semacam yang dikedepankan. Hal ini mengingat Indonesia adalah negara damai dan bukan menghadapi situasi perang. Dalam kondisi damai, semua warga negara adalah berlaku sama. Hukum merupakan ujung tombak bagi berlakunya keadilan. Inilah wajah Islam Indonesia, yaitu sebuah wajah yang ramah karena senantiasa mengedepankan maqashid syariah berupa penjagaan terhadap hak-hak individu/jiwa serta kehormatannya, dalam mewujudkan wajah Islam yang ramah dalam konteks berbangsa dan bernegara. Wallahu a’lam bi al-shawab Ustadz Muhammad Syamsudin, Wakil Sekretaris Bidang Maudlu’iyah - PW LBMNU Jawa Timur - Artikel ini diterbitkan atas kerja sama antara NU Online dan Direktorat Jendral Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo

hadits tentang menghargai waktu beserta arabnya